Harus Ke Penjara Untuk Kenal Tuhan
Pada tengahari setelah berbagai penjelasan berjalan dari jam 9 pagi berkaitan Pelatihan Solat Khusyuk, tiba-tiba seorang anak muda mendekati saya:
"Pak... terima kasih", katanya terisak.
"Kenapa anda ada disini?, tanya saya.
"Saya dihukum seumur hidup pak."
"Kenapa...?"
"Saya membunuh satu keluarga", katanya datar.
"Ooo yaa...", mata saya menatapnya sejenak.
"Bapak mungkin masih ingat, pembunuhan satu keluarga di Belakang Balok Bukittingi. Nah pembunuhnya itu adalah saya...", sang anak muda seperti melamunkan kejadian itu kembali.
"Kenapa?"
"saya sakit hati kepada keluarga itu...", katanya mantap.
***beberapa pembicaraan lain saya skip***
"Pak... selama saya di sini di setiap khutbah saya selalu merasa tercabik-cabik, karena khatibnya selalu bercerita tentang azab neraka. Rasanya saya memang sudah pantas untuk masuk ke dalam kerak neraka. Sedang syurga rasanya nggak akan pernah saya rasakan. Bertahun-tahun saya dan teman-teman di penjara ini merasakan hal seperti itu. Penjara bukannya tempat kami bisa menemukan diri kami kembali. Tapi penjara hanyalah tempat perpindahan hidup kami dari alam merdeka ke alam gelap menakutkan di sini...", dia bercerita dengan mata redup.
"Tapi pak... hari ini ada benih-benih kebahagiaan muncul di dalam hati saya. Benih itu begitu cepat mekar dan berbunga. Hari ini, untuk pertama kalinya saya merasa begitu berbahagia. Rasanya bahagia itu begitu dalam... tak berdasar. Semakin saya menyelam... bahagia itu semakin pekat", matanya mulai kembali bersinar oleh sebutir cairan bening yang jatuh dari sudut matanya.
"Kenapa anda begitu bahagia...?", selidik saya..
"Hari ini untuk pertama kalinya dalam hidup ini, saya merasa punya ALLAH...", isaknya mulai memburu.
"Iya pak... Allah saya begitu lembutnya menyentuh hati saya, sehingga dada saya tadi begitu lega dan bahagia. Beban saya bertahun-tahun seperti lenyap seketika saat Alah saya menyentuh dada saya. Allah saya ternyata sangat berbeda dengan gambaran yang yang sering disampaikan orang kepada saya selama ini. Ternyata Allah saya bukan sesuatu yang sangat menakutkan. TIDAK. Allah saya adalah Allah yang sangat menyayangi saya. Ternyata untuk mengenal Allah saya yang sekarang, saya harus terlebih dahulu masuk kedalam penjara ini...", matanya sejenak seperti terpejam.
"Pak... saya sekarang punya Allah...", suaranya mulai serak.
"Ya Allah... Ya Allah...", dadanya kembali bergemuruh.
"Ya Allaaaaaah... Ya Allaaaahhh", jantungnya mulai menggelepar...
"Ya Allah... Ya Allah...", ruhaninya pun meluncur...
Dia tersungkur sujud, sambil menangis dengan suara keras.
Saya pegang pundaknya dengan lembut dan berkata :
"Letakkan semua tangis dan suaramu itu didalam hatimu...!"
Lalu... dia diam... yang ada hanya seonggok tubuh yang sedang sujud. Yang ada hanya butiran air matanya yang mengalir deras. Yang ada hanya gerakan keluar masuk nafasnya yang lembut. Tanda kehidupan.
Kemudian saya ajak dia memuja Allah...
"Subhanallah.... Alhamdulillah, laa ilaha Illallah, Allahu Akbar," dia ikuti semua itu dengan lirih.
Saya minta dia segera memperbaharui syahadatnya dan bershalawat untuk Nabi. Dia lakukan semua itu dengan tubuh menggigil.
Lalu dia beranjak kepojok masjid yang ada di dalam penjara itu, dan dia melakukan shalat yang alangkah panjangnya....
Saat saya pamit mau ke penjara narkoba, saya mencari-cari si pemuda tadi. Tidak ketemu....
"Mana dia...?" bisik hati saya.
Tiba-tiba seseorang mengatakan kepada saya: "Pak si fulan itu..., sedang shalat pak dari tadi..."
Lalu dari mulut saya menggurimin sebait do'a: "Ya Allah... berkehendaklah untuknya ya Allah..."
Dan saya pun berlalu dengan bahagia....
Wassalamklik :: sumber asal~~
DOSA YANG LEBIH BESAR DARI BERZINA
Pada suatu senja yang lengang, terlihat seorang wanita berjalan terhuyung-hayang. Pakaiannya yang serba hitam menandakan bahawa ia berada dalam dukacita yang mencekam.
Tudung kepalanya menangkup rapat hampir seluruh wajahnya tanpa hias muka atau perhiasan menempel di tubuhnya. Kulit yang bersih, badan yang ramping dan roman mukanya yang ayu, tidak dapat menghapus kesan kepedihan yang telah meroyak hidupnya.
Ia melangkah terseret-seret mendekati kediaman rumah Nabi Musa a.s. Diketuknya pintu perlahan-lahan sambil mengucapkan salam. Maka terdengarlah ucapan dari dalam "Silakan masuk". Perempuan cantik itu lalu berjalan masuk sambil kepalanya terus menunduk. Air matanya berderai tatkala ia berkata, "Wahai Nabi Allah. Tolonglah saya. Doakan saya agar Tuhan berkenan mengampuni dosa keji saya." "Apakah dosamu wahai wanita ayu?" Tanya Nabi Musa a.s. terkejut. "Saya takut mengatakannya." Jawab wanita cantik. "Katakanlah jangan ragu-ragu!" Desak Nabi Musa.
Maka perempuan itupun secara ketakutan bercerita, "Saya... telah berzina". Kepala Nabi Musa terangkat, hatinya tersentak. Perempuan itu meneruskan, "Dari perzinaan itu saya pun...lantas hamil. Setelah anak itu lahir, langsung saya... cekik lehernya sampai... mati," ucap wanita itu seraya menangis sejadi-jadinya. Mata Nabi Musa pun berapi-api. Dengan muka berang ia mengherdik, "Perempuan celaka, pergi kamu dari sini! Agar siksa Allah tidak jatuh ke dalam rumahku kerana perbuatanmu. Pergi!"... teriak Nabi Musa sambil memalingkan muka kerana jijik.
Perempuan berwajah ayu dengan hati bagaikan kaca membentur batu hancur luluh segera bangkit dan melangkah surut. Dia menangis terangguk-angguk dan keluar dari dalam rumah Nabi Musa. Ratap tangisnya amat memilukan. Ia tak tahu harus ke mana lagi hendak mengadu. Bahkan dia tak tahu ke manakah kakinya untuk melangkah. Bila seorang Nabi saja sudah menolaknya, bagaimana pula manusia lain bakal menerimanya? Terbayang olehnya betapa besar dosanya, betapa jahat perbuatannya.
Sepeninggalannya, Malaikat Jibril turun mendatangi Nabi Musa. Sang Ruhul Amin Jibril lalu bertanya, "Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak bertaubat dari dosanya? Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar daripadanya?" Nabi Musa terperanjat. "Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita penzina dan pembunuh itu?" Maka Nabi Musa dengan penuh rasa ingin tahu bertanya kepada Jibril. "Betulkah ada dosa yang lebih besar daripada perempuan yang hina itu?" "Ada!" jawab Jibril dengan tegas. "Dosa apakah itu?" tanya Musa yang kian keliru. "Orang yang meninggalkan solat dengan sengaja dan tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih besar daripada seribu kali berzina".
Mendengar penjelasan ini Nabi Musa kemudian memanggil wanita tadi untuk menghadap kembali kepadanya. Ia mengangkat tangan dengan khusyuk untuk memohonkan keampunan kepada Allah untuk perempuan tersebut. Nabi Musa menyedari, orang yang meninggalkan sembahyang dengan sengaja dan tanpa penyesalan adalah sama saja seperti berpendapat bahawa sembahyang itu tidak wajib dan tidak perlu atas dirinya. Bererti ia seakan-akan menganggap remeh perintah Tuhan, bahkan seolah-olah menganggap Tuhan tidak punya hak untuk mengatur dan memerintah hamba-Nya. Sedangkan orang yang bertaubat dan menyesali dosanya dengan sungguh-sungguh bererti masih mempunyai iman di dadanya dan yakin bahawa Allah itu ada, di jalan ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya Tuhan pasti mahu menerima kedatangannya.
Dalam hadis Nabi SAW disebutkan : Orang yang meninggalkan solat lebih besar dosanya dibandingkan dengan orang yang membakar 70 buah Al-Quran, membunuh 70 nabi dan bersetubuh dengan ibunya di dalam Kaabah. Dalam hadis yang lain disebutkan bahawa orang yang meninggalkan solat sehingga terlewat waktu, kemudian ia mengqadanya, maka ia akan disiksa dalam neraka selama satu huqub. Satu huqub adalah lapan puluh tahun. Satu tahun terdiri dari 360 hari, sedangkan satu hari di akhirat perbandingannya adalah seribu tahun di dunia.